Minggu, 10 Agustus 2014

piaget

konstuktivisme ala

A.    Pendahuluan

Surat Al A’raauf ayat 52
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٥٢)
Artinya: “Sungguh kami telah mendatangkan kitab ( Al –Quran ) kepada mereka yang kami jelaskan atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang –orang beriman”

Ayat tersebut mengindentifikasi ayat qauliyah dan kauniyah dibangun atas dasar pengetahuan. Pengetahuan dibangun atau didapat atas dasar penelitian terhadap hal – hal yang terjadi di sekitar kita. Berdasarkan ayat tersebut dapat ditinjau dari teori kontruksivisme yang dipelopori oleh salah satunya adalah Piaget. Teori konstruktivisme adalah teori yang membangun konsep terbentuknya suatu konsep pengetahuan seorang anak.
Secara filosofis teori konstruktivisme muncul sebagai antithesis dari filsafat positivisme. Teori konstruktivisme muncul dikarenakan atas kegelisahan terhadap pola pendidikan yang hanya mengkonsumsi teori-teori yang sudah ada tetapi tidak menyentuh pada bagaimana membangun konsep baru.
Berdasarkan pemaparan diatas, pemakalah menguraikan tentang Perkembangan kognitif anak ditinjau dari teori konstruktivisme Piaget.

B. PEMBAHASAN
1.       Pandangan Konstruktivisme
Pada prinsipnya faham konstruktivis berpegang pada asumsi bahwa anak itu bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya[1]. Secara mental anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamanya. Pengetahuan seorang anak dibangun dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak adalah makhuk belajar aktif yang dapat mengkreasikan dan membangun pengetahuannya.
Inti teori kontruktivisme berkaitan dengan teori perkembangan kognitif dari Piaget antara lain menyatakan bahwa dalam belajar anak menyusun pengetahuan melalui interaksinya dengan objek dan masyarakat dengan melakukan adaptasi berupa asimilasi dan akomodasi.[2] 
Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa[3]. Proses kognitif berhubungan denngan tingkat kecerdasan yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditunjukan kepada ide–ide dan belajar.
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi, dan fungsi:
1.      Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
2.      Isi, Merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3.      Fungsi, cara yang digunakan untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan kognitif didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya[4]. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget[5], yaitu;
1.      Skema.
Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
2.      Asimilasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
3.      Akomodasi.
Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.

2.      Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak.
Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Tahap sensorimotor: umur 0 – 2 tahun. (Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)[6].
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain.
Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu[7]:
1)      Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
2)      Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. bayi mulai mengadakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Bayi juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan  konsep benda.
3)      Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah.
Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
4)      Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah diketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep permanen suatu benda. Berdasarkan kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, dan anak mulai mempunyai konsep tentang ruang.


5)      Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan trial and error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru.
Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru.
6)      Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya.
Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a)      Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b)      Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara.
c)      Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d)     Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
b.      Tahap Pra operasional: umur 2 -7 tahun. (Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan simbol/bahasa tanda dan konsep intuitif)[8].
Istilah “operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logis, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.

Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a)      Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
b)      Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik.”
c)      Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek.
d)     Anak bernalar secara dari khusus ke khusus. Anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi mereka.
c.       Tahap operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun. (Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret).
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi-oprasi logis. Tahap opersi konkret ini dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.


Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu[9]:
1)      Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh. Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami.
2)      Melihat dari berbagai macam segi. Anak pada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sedikit menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Anak tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersama-sama mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
3)      Bilangan. Pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal korespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
4)      Ruang, waktu, dan kecepatan. Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudah dapat mengerti relasi urutan waktu dan juga koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
5)      Egosentrisme dan Sosialisme. Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
d.      Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas. (Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)[10].
Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada  tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.

3.      Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran.
Teori kognitif dan teori pengetahuan piaget sangat banyak mempengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun kurikulum, memilih metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di sekolah-sekolah.
Maka dari teori Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu sendiri. Implementasi pada pembelajaran akan diterangkan sebagai contoh yang cocok untuk pengetahuan dan pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu yang terpenting adalah kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta metode dalam pembelajaran terhadap materi ajar.
Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan kognitif anak usia sekolah;

A.    Pokok Bahasan           : Bangun Ruang.
Sub Pokoh Bahasan   : Kubus, Balok, Tabung, Prisma, Limas, Kerucut, Bola.
Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK B).
Ø  Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk.
Ø  Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual
Ø  Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada.
Ø  Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa mengetahui nama dan bentuknya saja.
Penjelasan;
Anak Usia Dini masuk kategori pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan tidak berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri.

  1. Pokok Bahasan                   : Klasifikasi  
Capaian perkembangan         :Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi
Indikator                                 :Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut     fungsinya
Pembelajaran di tingkat TK   : Mengenalkan peralatan makan 
Penjelasan:
Anak Usia Dini masuk kategori  pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu menggunakan benda kongkrit, tidak berdasarkan bentuk penalaran atas pengalaman sendiri.

C.                                                                                                         Pokok Bahasan         :Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk   melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan
Capain Perkembanngan            :Menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan, kekuatan, kelincahan dan melatih keberanian. 
Indikator                                    : berjalan maju pada garis lurus, berjalan dengan berjinjit , berjalan mundur  
Penjelasan
Anak usia dini masuk kategori  pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu menggunakan benda kongkrit, untuk membangun pemikirannya.
Anak Usia Dini masuk kategori  pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu menggunakan benda kongkrit untuk membangun pengetahuannya, tidak berdasarkan bentuk penalaran. 

D.    Pokok Bahasan
1.      Tingkat Pencapaian perkembangan      : Pengenalan Buah –Buahan 
2.      Capain Perkembangan                          :    Pengenalan buah
3.      Indikator                                               :  Menyebutkan ciri – ciri jeruk

Penjelasan
Anak Usia Dini masuk kategori  pra operasional pada perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu menggunakan benda kongkrit, yaitu mengenalkan buah jeruk dengan menyediakan buah jeruk. 

  1. KESIMPULAN
Perkembangan kognitif  adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan logis.
Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang. Keempat tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai
  1. Tahap sensorimotor
  2. Tahap pra-operasional
  3. Tahap operasional konkret
  4. Tahap operasional formal
Bagi guru, teori Piaget sangat relevan, karena dengan menggunakan teori ini, guru dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak di kelasnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian kegiatan bagi siswa, dan metode yang disampaikan.
Setiap anak memiliki suatu proses perkembangan kognitif berdasarkan pengalaman dan ide baru yang diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk sturktur dan pengertian baru. Dimana setiap anak sudah mempunyai struktur pengalaman awal yang disebut (skema) yang berperan sebagai filter terhadap berbagai ide dan pengalaman yang baru.
Teori konstriuktivisme menjembatani antara perkembangan kognitif anak berdasarkan konsep yang sudah ada dengan hal baru untuk membentuk sebuah pengetahuan baru. Perkembangan kognitif anak berdasarkan teori konstruktivisme lebih menekankan pada proses pembelajaran student centre, dimana anak terlibat aktif dalam memperoleh dan membangun pengetahuannya.   



DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes.2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT. Refika Aditama.
Inhelder, Barbel.2010. Psikologi Anak .Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Santrock, Jhon W.2004. Life-Span Development, jilid I. Jakarta. Erlangga.
Solehuddin,M.2000. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah .Bandung: UPI.
Sugihartono, dkk.2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sujiono, Yuliani.2004.Metodologi pengembangan intelektual.Jakarta : Pusdiana Press.
--------------------.2004.Metode Pengembangan Kognitif.Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyanto, Slamet.2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Hikayat Publishing.




[1] M. Solehuddin. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah (Bandung: UPI, 2000), hal. 41
[2] Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat Publishing,2005),hal.147
[3] Yuliani Sujiono dan Tim, Metodologi pengembangan intelektual, ( Jakarta : Pusdiana Press, 2004 ), hal. 3
[4] Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta, UNY Press: 2007) hal. 27
[5] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung. PT. Refika Aditama. 2007. Hal. 139-140
[6] Jhon W. Santrock. Life-Span Development, jilid. Jakarta. Erlangga. 2004. Hal. 45
[7][7] Yuliani Nurani  Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004) Hal. 4
[8] Ibid. Life-Span Development. . . . hal. 45
[9]Barbel Inhelder. Psikologi Anak (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010) Hal.107
[10] Ibid. Life-Span Development. . . . hal. 45